selamat datang di blog "rian aditya putra".. blog ini saya buat untuk berbagi informasi dan sekumpulan tugas softskill, jika ada kesalahan kata atau ada kata-kata yang menyinggung para pembaca, saya selaku admin meminta maaf.. terima kasih..
Kamis, 21 November 2013

Aspek Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran

1 komentar
AGAMA ISLAM




Disusun Oleh:

Nama               : Rian Aditya Putra
NPM               : 36412252
Kelas               : 2 ID 08
Jurusan            : Teknik Industri
Fakultas           : Teknologi Industri
Mata Kuliah    : Agam Islam





UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2013



ASPEK ILMU PENGETAHUAN
DALAM AL-QURAN


Al-Qur’an merupakan pedoman ummat Islam sebagai kalamullah (firman
Allah) yang mutlak kebenarannya, berlaku sepanjang zaman dan mengandung
ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan
manusia di dunia dan di akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk Al-Qur’an tersebut
berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam
mengarungi kehidupannya.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terbukti tidak akan pernah lekang dimakan oleh zaman. Setelah diturunkan 1400-an tahun yang lalu, tidak satupun redaksinya berubah, semuanya sama persis seperti aslinya. Bahkan al-Qur’an yang beredar sekarang isinya pun sama seperti pembukuan al-Qur’an pada zaman khalifah Utsman bin Affan. Al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan keajaiban, termasuk informasi-informasi yang menakjubkan tentang ilmu pengetahuan.
Dalam al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat. Untuk mengkaji aspek pendidikan dalam al-Qur’an maka makalah ini sengaja dibuat, dalam makalah ini penulis hanya memaparkan tentang pengertian pendidikan, istilah-istilah pendidikan dalam al-Qur’an, hakikat dan prinsip dasar, serta analisis problem di dunia pendidikan Islam terutama di Indonesia, bagaimana konsep ideal pendidikan Islam? dan bagaimana realitas pendidikan Islam di Indonesia? serta bagaimana mewujudkan pendidikan Islam yang bermutu?
Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur’an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’, ‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur’an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.
Penafsiran baru yang dimaksud merupakan perasaan adanya keperluan untuk melakukan upaya-upaya pembaruan dan penyesuaian dalam penafsiranAl-Qur’an dengan menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang lebih baik. Usaha ini merupakan upaya memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan konteksnya, yaitu situasi dan permasalahan masa kini.
Dengan munculnya berbagai ilmu pengetahuan dan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan tersebut, baik ilmu kealaman maupun ilmu sosial menuntut kita agar memahami dan menafsirkan Al-Qur’an tidak hanya harfiah saja, tetapi haruslah dengan cara pendekatan teoritis. Objek pengamatan yang sama bisa tampak berbeda, karna perbedaan cara penglihatan atau perbedaan pendekatan teori yang kita pakai. Hal ini bisa dimengerti sebab teori tersebut akan membentuk realitas yang diamati. Demikian halnya ketika kita memahami dan menafsirkan Al-Qur’an yang dianggap sebagai realitas, sebagai wujud ketentuan-ketentuan tuhan yang pasti dan jelas tertulis.
Indikasi diatas menunjukkan bahwa penafsiran akan berbeda apabila pendekatan dan teori yang digunakan berbeda. Hasil penafsiran menggunakan paradigma ilmiah tidaklah sama dengan hasil penafsiran secara harfiah. Untuk itu, penafsiran Al-Qur’an yang banyak melibatkan disiplin ilmu pengetahuan akan menghasilkan teori-teori baru dari realitas Al-Qur’an. Dengan realitas ini, objek pengamatan yang terdapat dalam masyarakat dapat diamati secara lebih konstektual dan menghasilkan penjelasan-penjelasan yang lebih bisa diterima, baik yang berhubungan dengan peristiwa sejarah masa lampau maupun keadaan sekarang.
Penafsiran terhadap Al-Qur’an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa akan mencul tafsiran baru sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan. Hal ini relevan dengan karakteristik Al-Qur’an itu sendiri yang mengandung berita masa silam dan keadaan masa depan. Dengan melakukan penelitian dan pengamatan terhadap isyarat-isyarat Al-Qur’an akan membuka tabir rahasia-rahasia yang belum tersentuh oleh generasi sebelumnya. Hakikat ayat sebagai simbol wahyu yang tampak dan tersurat tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang tersirat. Oleh sebab itu, Al-Qur’an  sendiri memperkenalkan konsep tafsir dan ta’wil.
Para ulama berbeda pendapat tentang tafsir dan ta’wil. Bagi ulama mutaqaddimin, pengertian ta’wil sama dengan pengertian tafsir. Pendapat seperti ini dikemukakan oleh Abu Ubaidah. Mujahid dan Ibnu jarir al-Thabari jaga menyamakan maksud tafsir dengan ta’wil.
Pendapat yang telah diuraikan di atas ditolak oleh ulama lain yang mempertegas bahwa antara ta’wil dan tafsir terdapat perbedaan yang jelas. Pendapat yang terakhir ini lebih populer dikalangan ulama mutaakhirin. Sebut saja di antaranya al-Raghib al-Ashfahani. Menurutnya, tafsir mempunyai pengertian lebih umum dan lebih banyak dipergunakan untuk memahafi lafadz-lafadz dan kosa kata dalam kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah dan kitab-kitab lainnya. Sedangkan ta’wil lebih banyak dipergunakan untuk mengungkap makna-makna dan kalimat-kalimat kitab-kitab yang diturunkan Allah saja.
Hakekat/nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Nilai bersifat praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif didalam masyrakat. Nilai ini merupakan suatu realita yang sah sebagai suatu cita-cita yang benar dan berlawanan dengan cita-cita palsu yang bersifat khayal .
Dari beberapa pengertian diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa pengertian pendidikan Islam adalah; proses transformasi dan internalisasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai Islam pada peserta didik melalui penumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya untuk mencapai keseimbangan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Sehingga dapat dijabarkan pada enam pokok pikiran hakekat pendidikan Islam yaitu;
1.      Proses tranformasi dan internalisasi, yaitu upaya pendidikan Isla harus dilakukan secara berangsur-angsur, berjenjang dan Istiqomah, penanaman nilai/ilmu, pengarahan, pengajaran dan pembimbingan kepada anak didik dilakukan secara terencana, sistematis dan terstuktur dengan menggunakan pola, pendekatan dan metode/sistem tertentu.
2.      Kecintaan kepada Ilmu pengetahuan, yaitu upaya yang diarahkan pada pemberian dan pengahayatan, pengamalan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang bercirikhas Islam, dengan disandarkan kepada peran dia sebagai khalifah fil ardhi dengan pola hubungan dengan Allah (hablum min Allah), sesama manusia (hablum minannas) dan hubungan dengan alam sekitas (hablum min al-alam).
3.      Nilai-nilai Islam, maksudnya adalah nilai-nilai yang terkandung dalam praktek pendidikan harus mengandung nilai Insaniah dan Ilahiyah. Yaitu:
a.       nilai yang bersumber dari sifat-sifat Allah sebanyak 99 yang tertuang dalam “al Asmaul Husna” yakni nama-nama yang indah yang sebenarnya karakter idealitas manusia yang selanjutnya disebut fitrah, inilah yang harus dikembangkan.
b.      Nilai yang bersumber dari hukum-hukum Allah, yang selanjutnya di dialogkan pada nilai insaniah. Nilai ini merupakan nilai yang terpancar dari daya cipta, rasa dan karsa manusia yang tumbuh sesuai dengan kebutuhan manusia.
4.      Pada diri peserta didik, maksudnya pendidikan ini diberikian kepada peserta didik yang mempunyai potensi-potensi rohani. Potensi ini memmungkinkan manusia untuk dididik dan selanjutnya juga bisa mendidik.
5.      Melalui pertumbuhan dan pengembangan potensi fitrahnya, tugas pokok pendidikan Islam adalah menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, dan menjaga potensi manusia, sehingga tercipta dan terbentuklah kualitas generasi Islam yang cerdas, kreatif dan produktif.
6.      Menciptakan keseimbangan dan kesempurnaan hidup, dengan kata lain ‘insan kamil’ yaitu manusia yang mampu mengoptimalkan potensinya dan mampu menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, dunia dan akherat. Proses pendidikan yang telah dijalani menjadikan peserta didik bahagia dan sejahtera, berpredikat khalifah fil ardhi.

SUMBER REFERENSI


One Response so far.

Leave a Reply

 
rian aditya putra © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here