2.1 Pengertian
Display
Display
merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada
pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas,
menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi yang
menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia (Nurmianto,
1991).
Contoh dari display
diantaranya adalah jarum penunjuk speedometer, keadaan jalan raya memberikan
informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan
raya merupakan contoh dari display
langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh
pengemudi. Jarum penunjuk spedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara
tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi (Sutalaksana,
1979).
Display dapat menyajikan informasi-informasi yang
diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan
informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia
yang menerimanya.
Sedangkan menurut Sutalaksana (1979), display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai
dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau sejenis poster.
Ciri-ciri display dan poster yang
baik adalah:
1.
Dapat
menyampaikan pesan.
2.
Bentuk
atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3.
Menggunakan
warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4.
Proporsi
gambar dan hururuf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5.
Menggunakan
kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6.
Menggunakan
huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7.
Realistis
sesuai dengan permasalahan.
8.
Tidak
membosankan.
Berdasarkan tujuannya, secara garis besar poster terdiri atas dua
bagian,yaitu poster untuk tujuan umum dan poster untuk tujuan khusus. Poster
umum, diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja umum, poster tentang
kebersihan dan kesehatan lingkungan, poster mengenai kesalahan-kesalahan
manusia dalam bekerja. Sedangkan poster untuk tujuan khusus diantaranya,
poster-poster dalam industri, pekerjaan konstruksi. Dengan demikian pesan-pesan
yang dikandung bersifat spesifik untuk lingkungan yang bersangkutran. Misalnya
poster untuk bahaya penggunaan lift, tangga, penyimpanan benda-benda mudah
terbakar atau mudah meledak (Sutalaksana, 1979).
Ukuran poster bervariasi mulai dari stiker yang berukuran kecil sampai
yang berukuran besar. Tetapi umumnya berukuran sebesar kalender. Poster
berukuran kecil biasanya dalam bentuk stiker yang mudah ditempel dimana-mana,
misalnya “Dilarang Menumpang” dapat ditempel di bagian forklift dan buldoser.
Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya
dipasang pada dinding, pintu masuk atau pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk
bulat, segitiga, segiempat atau belah ketupat) (Sutalaksana, 1979).
Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancangan display dan poster yang memiliki daya
sambung yang tinggi dengan pembaca. Display
dan poster harus mampu memberikan informasi yang jelas. Konsep ”Human Centered Design” sangat kuat dalam
pembuatan display dan poster karena
terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai “penglihat dan pemaham isyarat”
(Sutalaksana, 1979).
2.2 Tipe-Tipe
Display
Sehubungan dengan lingkungan, display
terbagi dalam dua macam yaitu: display statis dan display dinamis. Display
dinamis adalah display yang
menggambarkan perubahan menurut waktu, contohnya mikroskop dan speedometer. Display statis memberikan informasi yang
tidak tergantung terhadap waktu, misalnya informasi yang menggambarkan suatu
kota (Sutalaksana, 1979).
Menurut Galer (1989), display
dan informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe. Berikut adalah tiga tipe
dari display:
1.
Display kualitatif.
2.
Display kuantitatif.
3.
Display representatif.
Jenis display kualitatif
merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik.
Contoh display kualitatif misalnya
informasi atau tanda ON, OFF pada generator, DINGIN, NORMAL, PANAS pada pembacaan temperatur, BELL dan BUZZER
untuk menunjukkan informasi kehadiran, lampu kelap-kelip dan sirine sebagai
tanda peringatan (Warning devices).
Jenis display kuantitatif
memperlihatkan informasi numerik dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital
ataupun analog untuk suatu visual
display. Untuk display
Representatif, biasanya berupa sebuah “working
model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah
diagram sinyal lintasan kereta api (Galer, 1989).
Tipe display berdasarkan panca indera
yang menerimanya yaitu visual display, auditory
display, tactual display, taste display, dan olfactory display. Visual display (dilihat) adalah display yang dapat dilihat dengan
menggunakan indera penglihatan
yaitu mata. Auditory display
(didengar) adalah display yang dapat
didengar dengan menggunakan indera
pendengaran yaitu telinga. Tactual display (diraba) adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan indera peraba yaitu kulit. Taste
display (dikecap) adalah display
yang dapat dirasakan dengan menggunakan
indera pengecap yaitu lidah. Olfactory display (dihidu) adalah display yang dapat dicium dengan menggunakan indera penciuman yaitu
hidung (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
2.3
Warna pada Visual Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata
sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga
pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual
display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan
dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau
mengalami kekurangan dan keterbatasan
penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan
bersamaan begitu pula warna kuning dan biru (Galer, 1989). Sedangkan menurut
Bridger,R.S (1995) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan
warna pada pembuatan display. Berikut
merupakan tabel 2.1 kelebihan dan kekurangan warna pada visual display:
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Warna pada Visual Display
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Tanda untuk data spesifik
|
Tidak bermanfaat bagi buta warna
|
Informasi lebih mudah diterima
|
Menyebabkan fatigue
|
Mengurangi tingkat kesalahan
|
Membingungkan
|
Lebih natural
|
Menimbulkan reaksi
|
Member dimensi lain
|
Informal
|
2.4 Prinsip-Prinsip Mendesain Visual
Display
Menurut Bridger,R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain suatu visual display yaitu prinsip proximity, prinsip similarity, prinsip symmetry,
dan prinsip continuity. Berikut ini
merupakan penjelasan dari empat prinsip dalam mendesain suatu visual display :
1.
Prinsip
PROXIMITY, jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama
dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat dimengerti
tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti apa yang dimaksud,
misalnya bunyi sirine ambulance,
perlintasan kereta api, dan lain-lain.
2.
Prinsip
SIMILARITY, menyatakan bahwa item-item
yang sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan
ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari 3 warna.
3.
Prinsip
SYMMETRY, menjelaskan perancangan untuk
memaksimalkan display, artinya
elemen-elemen dalam perancangan display
akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu antara tulisan dan gambar harus
seimbang.
4.
Prinsip
CONTINUITY, menjelaskan sistem perseptual
mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh. Hubungan
satu display dengan yang lain saling
berkelanjutan membentuk satu kesatuan. Selain itu prinsip continuity (kesinambungan pola) juga mengekstrakan informasi yang
bersifat kualitatif sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.
2.5 Kriteria dalam Pembuatan Display
Kriteria
dalam pembuatan display dibagi
menjadi 3 yaitu, pendeteksian, pengenalan, dan pemahaman. Pendeteksian adalah kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui
keberadaannya atau fungsinya. Pada
visual display harus dapat dibaca dan untuk auditory display harus
bisa didengar. Pengenalan adalah setelah display dideteksi,
pesan dari display tersebut harus bisa
dibaca atau didengar. Pemahaman adalah pembuatan display tidak
cukup hanya memenuhi 2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami dengan sebaik
mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh
display tersebut. Menurut Barrier pemahaman terhadap display dibagi menjadi 2 level yaitu (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
1.
Kata-kata atau simbol yang
digunakan dalam display mungkin
terlalu sulit untuk dipahami
oleh pengguna atau pekerja, contohnya “VELOCITY” dan “COOLANT” mungkin kurang bisa dipahami
daripada “SPEED” dan “WATER”.
2.
Pemahaman mungkin menjadi lebih
sulit apabila pengguna memiliki kesulitan dalam memahami
kata-kata dasar.
Informasi-informasi
yang dibutuhkan sebelum display dibuat adalah tipe teknologi yang digunakan
untuk menampilkan informasi. Rentang total dari variabel
mengenai informasi mana yang akan ditampilkan. Ketetapan dan sensitivitas
maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi. Kecepatan yang dibutuhkan
dalam pengiriman informasi. Minimasi kesalahan dalam
pembacaan display. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna
display. Lingkungan dimana display
tersebut diperlukan (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Indikator-indikator
dari display dibagi
menjadi dua. Pertama, digital display,
memiliki tingkat pembacaan yang lebih presisi dan cara pembacaan yang lebih cepat
dibandingkan dengan analog. Kedua, analog display memiliki cara pembacaan yang lebih sulit karena pembaca
harus menduga
posisi dari jarum skala/pointer, hasil pembacaan kurang akurat atau presisi (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam pembuatan display. Pertama, perancang harus memahami terlebih dahulu 3 kriteria dasar dalam pembuatan display. Kedua, harus
memahami informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan display. Ketiga, mengklasifikasikan display berdasarkan tipe-tipe display yang ada. Keempat, mendesain sebuah display
berdasarkan prinsip-prinsip pembuatan display yang ada.
Kelima, memahami
benar arti serta penggunaan warna pada sebuah display. Display yang dibuat harus informatif. Pesan pada display harus sampai pada pengguna denngan baik. Memperhatikan proporsi
gambar dan huruf. Display harus singkat, padat, jelas
dan tepat. Perhatikan penggunaan skala (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Ada
juga yang membedakannya menjadi dua jenis,
pertama pictoral display informasi
berupa gambar, tulisan, peta, TV dan lain-lain.
Kedua, symbolic display informasinya
berupa simbol-simbol (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
2.6 Perhitungan dalam Membuat Display
Rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran
dalam membuat display antara lain
tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan beberapa ukuran spesifik lainnya.
Berikut ini adalah rumus-rumus yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display (apk.lab.uii.ac.id, 25 Mei 2014):
Berger dalam Sutalaksana (1979)
pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf
yang berbeda-beda. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam perbandingan 1:13,3
merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat yang
paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf yang berwarna hitam
dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan terbaik, yaitu
dapat dilihat dari jarak 33,5 meter.
sayangnya ga ada dapusnya broo
yang perhitungan dapusnya dari mana ya ?
Kursus Jahit Bordir Jogja Kursus Jahit Bordir Yogya
LPK NAVITA
Tempat Pelatihan Orang Mandiri
Pelatihan Jahit, Bordir, Kaos, Tas, Bordir, Jilbab, Sulam Pita, Payet, Selimut, Bantal, Aneka Kreasi Flanel, Aplikasi Kain Perca, Batik, Daster, Bed Cover, Kebaya, Korden, Rajut, Sablon, Jahit Kucing/Anjing, Desain Baju, Kamisol, Gamis, Jilbab lebar, Manik-Manik, Pakaian Dalam
Mudah-Murah-Hemat-Terampil
Kenapa memilih LPK Navita:
Belajar dengan menyenangkan
Minim ujian
Guru dididik secara khusus dengan pengalaman
Murid diberikan kebebasan
Minim sistem rangking
Menganut paham "less is more"
Menetapkan standart sendiri
Sesama LPK tidak bersaing, tidak memperebutkan murid untuk keuntungan
Lebih Cepat Selesai
Lebih Cepat Meningkatkan Penghasilan
Lebih Banyak dicari di dunia kerja
Berpengalaman sejak 2003
Berpengalaman dalam Gugus Kendali Mutu Nasional 2009
Mesin Jahit Bordir Lengkap Kecil-Besar
Magang
GRATIS lebih dari 70 Modul Jahit Terbaik EBOOK senilai 500.000
Biaya Mulai 350rb/program
Tempat terjangkau(200m ke selatan Jalan Kusumanegara)
Disediakan asrama bagi yang berasal luar kota yogya
Terima Order Jahitan Partai Besar/Kecil
Jalan Veteran No. 11
yogyakarta
HP. 085740028487
buka cabang di sleman :
Perum Sidoarum Blok III Jl. Kepodang S-42
Godean Sleman Yogyakarta
HP. 085740028487
Kursus Jahit Bordir
OPEN BO VCS