ILMU SOSIAL DASAR
Disusun Oleh:
Nama :
Rian Aditya Putra
NPM :
36412252
Kelas :
2 ID 08
Mata Kuliah :
Ilmu Sosial Dasar
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
KEPEMUDAAN
1.1.
Pengertian pemuda
1.1.1. Definisi yang pertama
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang
mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat
ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO menyebut sebagai” young people”
dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut ”adolescenea”
atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
1.1.2. Definisi yang kedua
pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan
bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
1.1.3. Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan
Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun.
Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis
dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda
dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang
berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.
1.1.4. Dalam kosakata bahasa Indonesia
pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum
muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki
definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis
berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana
pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu
dan progresif.
1.1.5. Arti pemuda dalam islam
Pemuda berada pada masa usia yang memiliki kehebatan sendiri.
Menurut Dr Yusuf Qardhawi, jika diibaratkan matahari maka usia muda sama halnya
dengan pukul 12.00 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda
mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding
dengan anak kecil atau orang jompo.
Dilihat dari sejarah, pemuda mempunyai peran penting dalam
kemerdekaan. Di belahan dunia mana pun, kemerdekaan tak pernah luput dari peran
pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan
perubahan menuju lebih baik. Hasan al-Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir
pernah berkata, “Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya. Di setiap pemikiran
pemudalah pengibar panji-panjinya.”
Begitu juga dalam sejarah Islam, banyak pemuda yang
mendampingi Rasulullah SAW berjuang menegakkan kalimat Allah.
Misalnya adalah Mush`ab bin `Umair, Ali bin Abu Thalib, `Aisyah dll. Mereka punya
peran penting dalam perjuangan.
1.
Pemuda
dan waktu dalam Islam
Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan
seorang manusia. Itu merupakan nikmat besar dari Allah Ta`alayang
seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna
meraih ridha-Nya. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya yang diterima
manusia, nikmat inipun nantinya akan ia pertanggungjawabkan di hadapan
Allah Ta`ala.
Allah berfirman, yang artinya: “Tidakkah mereka itu yakin, bahwa
sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang dahsyat, (yaitu)
hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (QS
al-Muthaffifiin: 4-6).
Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) adalah
seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau
berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah
keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.
Dalam banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu, seperti bersumpah dengan
masa (QS al-`Ashr: 12), malam (QS al-Lail: 1-2), dhuha (QS
adh-Duha: 1-2), dan lain sebagainya.
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan
manusia. Allah SWT hanya bersumpah dengan menggunakan sesuatu yang istimewa.
Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dengan menggunakan waktu tersebut
seorang hamba bisa mengambil pelajaran dan bersyukur, “Dan Dia pula yang menjadikan malam dan
siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang
ingin bersyukur.”(QS al-Furqan: 62).
Tadzakkur berarti mengingat Allah, nikmat-nikmat Allah kepada
manusia, dan mengingat tujuan hidup setiap Muslim, yaitu beribadah kepada Allah
dan memakmurkan dunia. Juga, mengingat bahwa kematian adalah sesuatu yang
benar-benar akan terjadi pada setiap manusia, sehingga dia harus mempersiapkan
diri untuk menyambutnya.
Dengan demikian tadzakkur berarti juga kesempatan untuk
mengembangkan diri untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia sesama dan
semesta, dan di akhirat nanti menemani para Nabi, shiddiq, syahid
dan orang-orang shaleh di surga.
Syukur berarti mensyukuri segala nikmat Allah, kesempatan dan potensi
yang diberikan Allah kepada kita. Semua itu untuk digali, dikembangkan dan diaktualisasikan
untuk kepentingan masyarakat dan umat.
Allah telah menyatakan bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang mampu
memanfaatkan waktunya untuk ketaatan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS
Aal `Imran: 190)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Ulul Albab bukanlah orang yang hanya mampu
menghafal buku atau mampu menjawab soal-soal ujian di suatu sekolah. Tapi Ulul
Albab adalah orang yang mampu melihat kejadian yang ada disekitarnya dan
memanfaatkan waktu yang ada. Mereka kemudian meramunya menjadi bekal kehidupan,
lalu mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia.
2. Pemuda dalam hadis
Dalam hadis, pentingnya waktu juga diungkapkan Rasulullah SAW seperti
berikut, “Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat
sampai Allah menanyakan empat hal: umurnya, untuk apa selama hidupnya
dihabiskan; masa mudanya, bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia
mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskan; dan ilmunya, apakah dia amalkan atau
tidak.” (HR Tirmidzi)
Melihat hadis di atas, masa muda mempunyai posisi yang sangat penting.
Para pemuda dituntut untuk memberikan gebrakan dalam membangun kemajuan. Tapi
bersamaan dengan itu, masa muda adalah masa yang penuh dengan godaan untuk
memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam masa pertumbuhan
fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa, yang
tak jarang menyebabkan hidupnya terguncang.
Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus kedalam keburukan dan
kesesatan yang dibisikkan setan sangatlah besar. Apalagi Iblis yang telah
bersumpah di hadapan Allah SWT bahwa dia akan menyesatkan manusia dari
jalan-Nya dengan menempuh segala cara,
“Iblis berkata: ‘Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku
benar-benar akan (menghalangi-halangi) manusia dari jalan-Mu yang lurus.
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari
kanan dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat).” (QS al-A`raf: 16-17)
Di sinilah terlihat peran besar agama Islam sebagai petunjuk. Allah
Ta`ala menurunkan Islam untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup umat manusia di
dunia dan akhirat.
Agama Islam memberi perhatian sangat besar terhadap upaya perbaikan
mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa
yang akan datang. Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat ini.
Karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang mendorong kita agar
membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik
maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan
dengan generasi muda yang shaleh.
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi
Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya: …dan seorang pemuda yang tumbuh dalam
ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Syaikh Salim al-Hilali menyatakan dalam kitab Bahjatun Nazhirin (1/445):
“Hadis ini menunjukkan keutamaan pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada
Allah, sehingga dia selalu menjauhi perbuatan maksiat dan keburukan.”
Imam Abul ‘Ula al-Mubarakfuri menjelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi (7/57): “Dalam hadis
ini, Rasulullah SAW mengkhususkan penyebutan “seorang pemuda” karena usia muda
adalah masa yang berpotensi besar untuk didominasi nafsu syahwat, karena
kuatnya pendorong untuk mengikuti hawa nafsu pada diri seorang pemuda. Maka,
dalam kondisi seperti ini, berkomitmen dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah
tentu lebih berat. Dan hal ini menunjukkan kuatnya ketakwaan pemuda
tersebut.”
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala
benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.”
(HR Ahmad, Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabir dan lainnya).
Hadis ini dinilai shahih berdasarkan jalur periwayatannya yang banyak.
Demikian dinyatakan al-Albani dalam ash-Shahihah no. 2843.
Kata shabwah yang dikaitkan dengan pemuda pada hadis di
atas, dijelaskan dalam kitab Faidhul Qadir (2/263) sebagai
pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya. Sebaliknya, dia membiasakan
diri melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.
Inilah sosok pemuda Muslim yang dicintai oleh Allah Ta’ala dan
pandai mensyukuri nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya, serta mampu
berjuang menundukkan hawa nafsunya di puncak gejolaknya yang begitu kuat. Ini
tentu merupakan hal yang sangat sulit dan berat, maka wajar jika kemudian
Allah Ta’ala memberikan balasan pahala dan keutamaan besar
kepadanya.
Masa muda adalah masa keemasan manusia. Masa yang sangat berharga itu
tidak boleh terlewatkan begitu saja. Pemuda harus selalu melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat hingga mencapai prestasi yang gemilang. Semua
itu tentu tidak akan terwujud kecuali pemuda dapat mengatur waktu dengan
efektif.
Waktu yang setiap saatnya terus berganti harus dilalui dengan
perencanaan dan dipandang dengan bijaksana. Para pemuda mempunyai banyak
ambisi untuk menggapai semua impiannya. Sebagai pemuda Muslim kunci mengatur
waktu adalah selalu ingat kepada Allah. Dengan ingat kepada Allah, kita akan
menjalankan semua yang diperintahkan oleh-Nya. Sehingga, dengan sendirinya
kita akan terbiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Wallahu
a`lam bish-shawab.
1.2.
Sosialisasi
Pemuda
Melalui proses sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai
cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku
seseorang akan dapat diramalkan. Dengan
proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku
di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari keadaan tidak
atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan beradab. Kedirian dan
kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk. Dalam hal ini
sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya
gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi merupakan salah
satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial.
Proses sosialisasi
banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1.
Dalam proses sosialisasi mendapat bayangan
dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan
memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak
dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2.
Dalam proses sosialisasi juga membentuk kedirian
yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti apa-apa yang harus ia
lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain. Bentuk-bentuk kedirian ini
berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap norma-norma sosial
Bertitik tolak dari pengertian pemuda, maka sosialisasi
pemuda dimulai dari umur 10 tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah,
dan jalur organisasi formal atau informal untuk berperan sebagai mahluk sosial,
mahluk individual bagi pemuda
1.2.1
PERANAN
SOSIAL MAHASISWA & PEMUDA DI MASYARAKAT
Peranan pemuda dalam masyarakat dibedakan atas
dua hal :
1. Peranan
pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan:
a. Pemuda
meneruskan tradisi dan mendukung tradisi
b. Pemuda
yang menyesuaikan diri dengan golongan yang berusaha mengubah tradisi.
2. Peranan
pemuda yang menolak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dibedakan
menjadi:
a. Jenis
pemuda pembangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah
sosial. Contoh sastrawan Rendra dan Chairil anwar pada masanya.
b. Jenis
pemuda nakal/ delinkuen, yaitu jenis pemuda yang tidak berniat mengadakan
perubahan pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha memperoleh
manfaat dari masyarakat dengan tindakan menguntungkan bagi diri sendiri.
c. Jenis
pemuda radikal, yaitu mereka yang berkeinginan besar mengubah masyarakat dan
kebudayaan lewat cara-cara radikal, revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh
bagaimana selanjutnya.
1.3.
PEMUDA DAN IDENTITAS
1.3.1.
Pola
Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Pemuda adalah golongan manusia-manusia yang masih muda dan
memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung. Dewasa ini,
pemuda di Indonesia sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan
kesempatan pendidikan.
Maksud dari pola pembinaan dan pengembangan generasi muda
adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya
benar-benar menggunakan hal ini sebagai pedoman sehingga pelaksanaanya dapat
terarah, menyeluruh dan terpadu, serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang
dimaksud. Pola dasar pembinaan dan
pengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
1. Landasan
idiil : Pancasila
2. Landasan
konstitusional : UUD 1945
3. Landasan
Strategis : Garis-garis besar haluan Negara
4. Landasan
historis : Sumpah pemuda tahun 1928 dan Proklamasi kemerdekaan
5. Landasan
normatif : etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
1.3.2.
Pengertian
Pokok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda
Generasi merupakan generasi penerus perjuangan bangsa dan
sumber daya insani bagi pembangunan nasional, diharapkan mampu memikul tugas
dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Untuk itu
generasi muda perlu mendapatkan perhatian yang khusus dan kesempatan yang
seluas-luasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik jasmani,
rohani maupun sosialnya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, terdapat
generasi muda yang menyandang permasalahan sosial seperti kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat dan narkotika, anak jalanan dan sebagainya baik yang
disebabkan oleh faktor dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal).
Oleh karena itu perlu adanya upaya, program dan kegiatan yang
secara terus menerus melibatkan peran serta semua pihak baik keluarga, lembaga
pendidikan, organisasi pemuda, masyarakat dan terutama generasi muda itu
sendiri. Arah kebijakan pembinaan generasi muda dalam pembangunan nasional
menggariskan bahwa pembinaan perlu dilakukan dengan mengembangkan suasana
kepemudaan yang sehat dan tanggap terhadap pembangunan masa depan, sehingga
akan meningkatkan pemuda yang berdaya guna dan berhasil. Dalam hubungan itu
perlu adanya fungsi, peranan dan wadah untuk para pemuda menyalurkan
segala aspirasinya. Wadah kepemudaan seperti KNPI, Pramuka, Karang Taruna,
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Organisasi Mahasiswa di lingkungan
Perguruan Tinggi dan organisasi fungsional pemuda lainnya.
1.3.3.
Masalah
Generasi Muda
Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh generasi muda di
Indonesia dewasa ini antara lain sebagai berikut:
1. Terbatasnya
lapangan kerja yang tersedia atau banyaknya pengangguran.
2. Penyalahgunaan
Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
3. Masih
adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
4. Pergaulan
bebas diantara muda-mudi yang menunjukkan gejala perilaku menyimpang.
5. Masuknya
budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
kita yang dapat merusak mental generasi muda.
6. Pernikahan
dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat, terutama di
pedesaan.
7. Masih
merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya.
1.3.4.
Potensi
Generasi Muda
Beberapa potensi-potensi yang ada pada generasi muda dan
perlu dikembangkan adalah :
1. Idealisme
dan daya kritis
2. Dinamika
dan kreatifitas
3. Keberanian
mengambil resiko
4. Optimis
kegairahan semangat
5. Sikap
kemandirian dan disiplin murni
6. Terdidik
7. Keanekaragaman
dalam persatuan dan kesatuan
8. Patriotisme
dan nasionalisme
9. Sikap
kesatria
Cara Mengembangkan Potensi Generasi Muda:
1. Melalui
pendidikan, contohnya belajar dengan tekun
2. Melalui
pertambangan atau perindustrian yang sesuai dengan potensi miliknya
3. Ikut
serta dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat
1.3.5.
Tujuan
Pokok Sosialisasi
1. Individu
harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan
kelak di masyarakat.
2. Individu
harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
3. Pengendalian
fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat.
4. Bertingkah
laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada
lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.
1.3.6.
PERGURUAN DAN PENDIDIKAN
1. Cara
Mengembangkan Potensi Generasi Muda:
a.
Melalui pendidikan, contohnya belajar dengan
tekun
- Melalui pertambangan atau perindustrian yang sesuai dengan potensi miliknya
- Ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial yang ada di dalam masyarakat
2. Pengertian
Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Berikut ini adalah beberapa definisi tentang Pendidikan:
a.
Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, pendidikan
berasal dari kata didik. Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi
mendidik yang artinya memelihara dan memberi latihan.
- Menurut Bahasa Yunani, Pendidikan berasal dari kata Pedagogi yaitu kata paid artinyaanak sedangkan agogos artinya membimbing, sehingga pedagogi memiliki arti ilmu dan seni yang mengajarkan anak.
- Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
- Perguruan Tinggi adalah suatu tempat yang didambakan, diimpikan, diharapkan, difavoritkan, dan dicintai oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat kampus pada khususnya. Agar bisa menjadi Perguruan Tinggi Idaman, maka ada 5 faktor yang harus dipenuhi, yaitu :
§ Mutu
/ Kualitas
§ Biaya
murah / terjangkau
§ Keamanan
/ Kenyamanan
§ Mengikuti
Perkembangan Zaman Bermanfaat Bagi Mayarakat
1.3.7.
Alasan
Untuk Mengenyam Pendidikan Tinggi
Melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah suatu
impian bagi sebagian besar orang. Khususnya mereka yang sedang duduk di
bangku SMA. Bagi mereka, melanjutkan ke bangku kuliah adalah sebuah
kewajiban, sebagai bekal untuk menghadapi masa depan.
Di bangku Perguruan Tinggi, seseorang bisa mendapatkan,
pengetahuan dan keterampilan, yang sesuatu dengan minat serta bakat mereka.
Dengan demikian, proses pembelajaran bisa terjadi secara terarah dan di
sesuaikan dengan apa yang diinginkan. Inilah yang membedakan Perguruan
Tinggi dengan pendidikan di tingkat sekolah. Di Perguruan Tinggi sendiri,
terdapat beberapa jenjang pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan serta
minat seseorang dalam belajar. Beberapa jenjang tersebut di antaranya :
1. Program
Diploma: Program ini merupakan bagian dari perguruan tinggi yang
menyiapkan lulusannya untuk siap bekerja di level menengah bawah. Lama
pendidikan yang di tempuh tergantung dari tingkatan yang tersedia.
2. Sastra
1: Pada jenjang ini, seseorang akan mendapatkan materi
yang menggabungkan antara teori serta aplikasi. Kajian yang di berikan
mengarah pada proses pembelajaran seseorang dalam pengambilan keputusan yang
didasarkan pada kajian ilmiah.
3. Program
Pasca Sarjana: Peserta tingkat pendidikan ini adalah mereka yang sudah
selesai menempuh pendidikan di tingkat sarjana.
4. Program
Doktoral: Biasanya program ini di ambil oleh mereka yang bergerak
dalam aktivitas akademis. Sebab, di jenjang ini peserta didik tidak lagi
di ajarkan untuk menganalisa teori yang sudah ada.
1.4.
kesimpulan
Kaum muda Muslim di Indonesia dan
Malaysia bahagia, puas dan optimis tentang kehidupan mereka dan masa depan
negara mereka masing-masing. Meski mereka memiliki sikap sosial dan pandangan
keagamaan yang masih konservatif, dan bahkan dalam beberapa hal fatalis, mereka
tergolong memiliki citra diri yang positif. Secara keseluruhan, mereka penuh
energi, kreatif, bekerja keras dan berambisi serta memahami pentingya
pendidikan yang berkualitas.
Dalam hal gaya hidup, kaum muda ini
mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi dan mengisi waktu luang. Mereka
sering menggunakan media yang baru (sms dan internet). Mereka juga cenderung
untuk mempelajari program teknis di universitas. Mereka mendengarkan musik
(yang modern dan religius) dan menonton TV dan film Barat sebagai hiburan.
Mereka berusaha keras untuk
memperbaiki kesejahteraan pribadi dan berupaya untuk mencari pekerjaan dengan
upah yang layak. Pengaruh teknologi dalam mensekularisasikan komunitas Muslim
yang muda, dan dominasinya karena prinsip rasional- ilmiah yang tidak memiliki
nilai metafisik tidak diragukan lagi. Kemajuan teknologi ini membekali kaum
muda Muslim dengan pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki orang tua dan
kakek atau nenek mereka.
Dalam beberapa aspek ini ada kesan
timbal-balik bahwa kehidupan dan pengalaman sekuler yang dominan membuat kaum
muda Muslim mahir dalam teknologi. Namun, mereka tidak melupakan Islam. Mereka
mungkin kelihatan dangkal di dalam praktek dan pengertian tentang Islam, akan
tetapi memandang diri mereka sendiri sebagai beragama walau pandangan agama
mereka dan prakteknya lebih berorientasi pribadi.
Sebagian besar kawula muda tidak
ingin terlibat di dalam kegiatan agama atau politik kolektif, tetapi hampir
semua (92%) menunjukkan keinginannya untuk melakukan kerja sosial yang
menyangkut lingkungan dan perlindungan hewan, untuk menolong orang cacat, orang
miskin, dan orang lanjut usia. Mereka menyuarakan kepedulian terhadap
permasalahan kemanusiaan global seperti HIV/AIDS, konflik internasional,
bencana alam, dan juga pelestarian tradisi dan budaya lokal. Para responden
lebih cenderung ikut serta di dalam kegiatan kolektif sosial di tempat mereka
belajar, oleh karena itu kerjasama dengan teman termasuk tinggi di dalam
kepentingan mereka.
Dari segi etika dan etos, kaum muda
menempatkan kerja keras, ambisi, dan kreatifitas dalam kepentingan mereka,
dibandingkan dengan penekanan terhadap kegiatan dan kewajiban agama, yang
menurut para responden adalah prioritas orang tua mereka, namun mereka sangat
percaya kepada Tuhan. Maka tidak mengejutkan bila memandang bahwa mereka
memandang kesuksesan dan kegagalan ditentukan oleh nasib. Namun, mereka
bersedia mempelajari hal-hal yang baru, menikmati hidup dan memaksakan kehendak
mereka untuk menggapai ambisi. Sedangkan di dalam orientasi keluarga, para
responden memegang teguh nilai-nilai tradisional. Mereka medambakan kebahagiaan
di dalam membesarkan keluarga dan mempunyai anak – lebih dari dua bila
memungkinkan. Pernikahan dipandang sebagai tolak ukur kebahagiaan. Bila suami
atau istri mereka bukan Muslim mereka menginginkan yang bersangkutan untuk
menjadi Islam. Mereka terbelah antara membesarkan anak mereka dengan cara yang
lebih religius atau membiarkan anak mereka dibesarkan dengan cara yang sama
dengan mereka. Secara keseluruhan, mereka ingin menjadi orang tua yang baik.
SUMBER REFERENSI: