2.1 Pengertian
Anthropometri
Informasi
hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokan ke dalam lima bidang penelitian
jika dilihat dari sisi rekayasa yaitu (Sutalaksana, 2007) :
1.
Anthropometri
2.
Biomekanika
3.
Fisiologi
4.
Pengindraan
5.
Lingkungan
Fisik Kerja
Antropometri
adalah suatu studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam
proses perencanaan (design) produk
maupun sistem kerja yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal (Sutalaksana,
2007):
1.
Perancangan
areal kerja
2.
Perancangan
peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
3.
Perancangan
produk-produk konsumtif seperti pakaian , kursi, meja, komputer dan lain-lain.
4.
Perancangan
lingkungan kerja fisik.
Antropometri
dibagi dalam dua bagian yaitu antropometri statis dan dinamis. Antropometri
statis yaitu pengukurannya dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan diam atau
posisi diam atau tidak bergerak. Antropometri dinamis yaitu dimensi tubuh
diukur dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak (Sutalaksana, 2007).
Dimensi
yang diukur pada antropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya
dapat representatif , maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu
terhadap individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia
diantaranya (Sutalaksana, 2007):
1.
Umur
Seperti
diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh
manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60
tahun.
2.
Jenis
Kelamin
Jenis
kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya
berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3.
Suku bangsa
Suku
bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang eropa
merupakan etnis kaukasoid berbeda
dengan orang indonesia yang merupakan etnis mongoloid.
Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh
manusia yang termasuk etnis mongoloid.
4.
Jenis
pekerjaan atau latihan
Suatu
sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan
mengakibatkan otot tersebut bertambah lebuh besar. Misalnya dimensi seorang
buruh pabrik, dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.
Mengukur
antropometri dinamis, terdapat tiga kelas pengukuran, yaitu pertama, pengukuran
tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti kedaaan mekanis dari
suatu aktivitas, contohnya mempelajari performasi seseorang. Kedua, pengukuran
jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan ketiga, pengukuran variabilitas kerja
(Sutalaksana, 2007).
2.2 Perancangan
Produk atau Alat
Perancangan adalah suatu proses yang
bertujuan untuk menganalisis, menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem,
baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang
dengan memanfaatkan informasi yang ada (Kristyanto, 1999).
Perancangan suatu alat termasuk
dalam metode teknik, dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan
mengikuti metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik
adalah suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari
pemenuhan kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi
peradaban kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan
dalam perancangan yaitu (Kristyanto, 1999):
1.
Aktivitas
dengan maksud tertentu.
2.
Sasaran
pada pemenuhan kebutuhan manusia.
3.
Berdasarkan
pada pertimbangan teknologi.
Dalam membuat suatu perancangan produk
atau alat, perlu mengetahui karakteristik perancangan dan perancangnya.
Beberapa karakteristik perancangan adalah sebagai berikut (Kristyanto, 1999):
1.
Berorientasi
pada tujuan.
2. Variform
Suatu
anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi yang mungkin terbatas, tetapi harus
dapat memilih salah satu ide yang diambil.
3.
Pembatas
Dimana
pembatas ini membatasi jumlah solusi pemecahan diantaranya :
a.
Hukum alam
seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan seterusnya.
b.
Ekonomis ;
pembiayaan atau ongkos dalam meralisir rancangan yang telah dibuat
c.
Perimbangan
manusia ; sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia dalam merancang dan
memakainya.
d.
Faktor-faktor
legalisasi; mulai dari model, bentuk sampai hak cipta.
e.
Fasilitas
produksi: sarana dan prasarana yang dibtuhkan untuk menciptakan rancangan yang
telah dibuat.
f.
Evolutif;
berkembang terus atau mampu mengikuti perkembangan jaman.
g.
Perbandingan
nilai: membandingkan dengan tatanan nilai yang telah ada.
Karakteristik
perancang merupakan karakteristik yang harus dipunyai oleh seorang perancang.
Karakteristiknya antara lain (Kristyanto, 1999):
1.
Mempunyai
kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah.
2.
Memiliki
Imajinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan timbul.
3.
Berdaya
cipta.
4.
Mempunyai
kemampuan untuk menyederhanakan persoalan.
5.
Mempunyai
keahlian dalam bidang Matematika, Fisika atau Kimia tergantung dari jenis
rancangan yang dibuat.
6.
Dapat
mengambil keputusan terbaik berdasarkan analisa dan prosedur yang benar.
7.
Mempunyai
sifat yang terbuka (open minded)
terhadap kritik dan saran dari orang lain.
Proses
perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan dikenal dengan
sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari Need, Idea, Decision dan Action. Artinya tahap pertama seorang
perancang menetapkan dan mengidentifikasi kebutuhan (need). Sehubungan dengan alat atau produk yang harus dirancang.
Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ide-ide (idea) yang akan melahirkan berbagai alternatif untuk memenuhi
kebutuhan tadi dilakukan suatu penilaian dan penganalisaan terhadap berbagai
alternatif yang ada, sehingga perancang akan dapat memutuskan (decision) suatu alternatif yang terbaik. Dan pada
akhirnya dilakukan suatu proses pembuatan (Action).
Perancangan suatu peralatan kerja dengan berdasarkan data antropometri
pemakainya betujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan kerja, meningkatkan
performansi kerja dan meminimasi potensi kecelakaan kerja (Pulat, 1997).
Tahapan
perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan
memperhatikan faktor antropometri secara umum. Berikut adalah tahapannya (Roebuck,
1995):
1.
Menentukan
kebutuhan perancangan dan kebutuhannnya (establish requirement).
2.
Mendefinisikan
dan mendeskripsikan populasi pemakai.
3.
Pemilihan
sampel yang akan diambil datanya.
4.
Penentuan
kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5.
Penentuan
sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan
dipakai.
6.
Penyiapan
alat ukur yang akan dipakai.
7.
Pengambilan
data.
8.
Pengolahan
data
9.
Visualisasi
rancangan.
Hasil
rancangan yang dibuat dituntut dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
si pemakai. Oleh karena itu rancangan yang akan dibuat harus memperhatikan
faktor manusia sebagai pemakainya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat suatu rancangan selain faktor manusia antara lain (Pulat, 1997):
1.
Analisa
Teknik
Banyak
berhubungan dengan ketahanan, kekuatan, kekerasan dan seterusnya.
2.
Analisa
Ekonomi
Berhubungan
perbandingan biaya yang harus dikeluarkan dan manfaat yang akan diperoleh.
3.
Analisa
Legalisasi
Berhubungan
dengan segi hukum atau tatanan hokum yang berlaku dan dari hak cipta.
4.
Analisa
Pemasaran
Berhubungan
dengan jalur distribusi produk atau hasil rancangan sehingga dapat sampai
kepada konsumen.
5.
Analisa
Nilai
Analisa
nilai, yaitu suatu prosedur untuk mengidentifikasikan ongkos-ongkos yang tidak
ada gunanya. Kemudian pengertian ini berkembang sesuai dengan perkembangan
tuntutan jaman. Seperti yang dikemukakan oleh C.M. Walsh yang membagi analisa nilai
menjadi 4 katagori, yaitu pertama, uses value, berhubungan dengan nilai
kegunaan. Kedua, esteem value berhubungan
dengan nilai keindahan atau estetika. Ketiga, cost value berhubungan
dengan pembiayaan. Keempat, excange value berhubungan dengan kemampuan
tukar.
2.3 Distribusi
Normal Dalam Penetapan Data Antropometri
Data
antropometri jelas diperlukan supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan
orang yang akan mengoperasikannya. Permasalahan yang akan timbul adalah
ukuran-ukuran siapakah yang nantinya akan dipilh sebagai acuan untuk mewakili
populasi yang ada. Mengingat ukuran individu yang berbeda-beda satu dengan
populasi yang menjadi target sasaran produk tesebut. Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya problem adanya variasi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi
bilamana kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat
“mampu sesuai” (adjustable) dengan
suatu rentang ukuran tertentu (elib.unikom.ac.id,
25 Mei 2014).
|
Gambar 2.1.
Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-th Percentile
Penetapan
data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam
statistik, distribusi normal dapat formulasikan berdasarkan harga rata–rata
(mean,
) dan simpangan standarnya (standar deviation, sX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada
maka “percentiles” dapat ditetapkan
sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan percentile, maka yang dimaksud disini adalah suatu nilai yang
menunjukan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau
dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukan 95% populasi akan berada pada atau
dibawah ukuran tersebut; sedangkan 5-th percentile
akan menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran
95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang “terbesar” dan 5-th percentile sebaliknya akan menunjukan
ukuran “terkecil”. Pemakaian nilai–nilai percentile
yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan
dalam tabel sebagai berikut (elib.unikom.ac.id,
25 Mei 2014):
Tabel 2.1 Rumus Percentile
Percentile
|
Perhitungan
|
1-st
|
|
2.5-th
|
|
5-th
|
|
10-th
|
|
50-th
|
(rata-rata) |
90-th
|
|
95-th
|
|
97.5-th
|
|
99-th
|
|
Perhitungan secara manual yang
dilakukan menggunakan rumus-rumus tertentu. Perhitungan yang dilakukan yaitu
menentukan nilai mean atau rata-rata dari dimensi tubuh yang digunakan,
standar deviasi dari dimensi tubuh tersebut dan nilai persentil yang digunakan.
Berikut merupakan rumus yang
digunakan dalam pengolahan
data secara manual (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014):
1.
Mean:
Dimana:
∑X : Jumlah nilai data.
n : Jumlah data.
2.
Standar
deviasi
Dimana;
SD : Standar deviasi.
Xi : Data ke-i.
n : jumlah data.
2.4 Data
Antropometri Dalam Perancangan Produk
Data antropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saan perancangan produk ataupun fasilitaas kerja akan dibuat. Agar
rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang
akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa yang harus diambil di dalam
aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan terlebih dahulu seperti
diuraikan berikut ini (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014):
1.
Prinsip
Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim
Disini rancangan produk
dibuat agar bisa memenuhi dua sasaran produk, yaitu (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014):
a.
Bisa
sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim dalam
arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata–ratanya.
b.
Tetap
bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi
yang ada).
c.
Untuk
dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya
didasarkan pada nilai percentile yang terbesar seperti 95-th percentile.
d.
Untuk
dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai percentile
yang paling rendah (5-th) dari distribusi data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk ataupun
fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile
untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014).
2.
Prinsip
perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu.
Disini rancangan bisa dirubah–rubah
ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Dalam kaitannya untuk mendapatkan rancangan yang
fleksibel, semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah
dalam rentang nilai 5-th s/d 95-th percentile (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014).
3.
Prinsip
perancangan produk dengan ukuran rata-rata
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata–rata ukuran
manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka
yang berbeda dalam ukuran rata–rata. Berkaitan dengan aplikasi data
antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas
kerja, maka ada beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah–langkah
sebagai berikut (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014):
a.
Pertama
kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana nantinya akan
difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
b.
Tentukan
dimensi tubuh yang penting dalam perancangan tersebut.
c.
Tentuka
populasi terbesar yang harus di antisipasi, diakomodasikan dan menjadi target
utama pemakai rancangan produk tersebut.
d.
Tetapkan
prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk
individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel, ataukah ukuran rata–rata.
e.
Pilihlah
persentase populasi yang harus diikuti ; 5%, 50% 95%.
Dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya tetapkan nilai
ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai (elib.unikom.ac.id, 25 Mei 2014).
memberikan informasi . terima kasih