selamat datang di blog "rian aditya putra".. blog ini saya buat untuk berbagi informasi dan sekumpulan tugas softskill, jika ada kesalahan kata atau ada kata-kata yang menyinggung para pembaca, saya selaku admin meminta maaf.. terima kasih..
Selasa, 01 Juli 2014

DISPLAY (Alat Peraga)

4 komentar
 2.1       Pengertian Display
Display  merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Display berfungsi sebagai suatu “sistem komunikasi yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia (Nurmianto, 1991).
Contoh dari display diantaranya adalah jarum penunjuk speedometer, keadaan jalan raya memberikan informasi langsung ke mata, peta yang menggambarkan keadaan suatu kota. Jalan raya merupakan contoh dari display langsung, karena kondisi lingkungan jalan bisa langsung diterima oleh pengemudi. Jarum penunjuk spedometer merupakan contoh display tak langsung karena kecepatan kendaraan diketahui secara tak langsung melalui jarum speedometer sebagai pemberi informasi (Sutalaksana, 1979).
Display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.
Sedangkan menurut Sutalaksana (1979), display yang baik harus dapat menyampaikan pesan tertentu sesuai dengan tulisan atau gambar yang dimaksud dalam display atau  sejenis poster. Ciri-ciri display dan poster yang baik adalah:
1.      Dapat menyampaikan pesan.
2.      Bentuk atau gambar menarik dan menggambarkan kejadian.
3.      Menggunakan warna-warna mencolok dan menarik perhatian.
4.      Proporsi gambar dan hururuf memungkinkan untuk dapat dilihat/dibaca.
5.      Menggunakan kalimat-kalimat pendek, lugas, dan jelas.
6.      Menggunakan huruf yang baik sehingga mudah dibaca.
7.      Realistis sesuai dengan permasalahan.
8.      Tidak membosankan.
Berdasarkan tujuannya, secara garis besar poster terdiri atas dua bagian,yaitu poster untuk tujuan umum dan poster untuk tujuan khusus. Poster umum, diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja umum, poster tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, poster mengenai kesalahan-kesalahan manusia dalam bekerja. Sedangkan poster untuk tujuan khusus diantaranya, poster-poster dalam industri, pekerjaan konstruksi. Dengan demikian pesan-pesan yang dikandung bersifat spesifik untuk lingkungan yang bersangkutran. Misalnya poster untuk bahaya penggunaan lift, tangga, penyimpanan benda-benda mudah terbakar atau mudah meledak (Sutalaksana, 1979).
Ukuran poster bervariasi mulai dari stiker yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar. Tetapi umumnya berukuran sebesar kalender. Poster berukuran kecil biasanya dalam bentuk stiker yang mudah ditempel dimana-mana, misalnya “Dilarang Menumpang” dapat ditempel di bagian forklift dan buldoser.
Display yang berbentuk rambu-rambu berbahaya, biasanya dipasang pada dinding, pintu masuk atau pada tiang-tiang. Display ini berbentuk seperti rambu-rambu lalu lintas (berbentuk bulat, segitiga, segiempat atau belah ketupat) (Sutalaksana, 1979).
Peran ergonomi sangat penting dalam membuat rancangan display dan poster yang memiliki daya sambung yang tinggi dengan pembaca. Display dan poster harus mampu memberikan informasi yang jelas. Konsep ”Human Centered Design” sangat kuat dalam pembuatan display dan poster karena terkait dengan sifat-sifat manusia sebagai “penglihat dan pemaham isyarat” (Sutalaksana, 1979).

2.2       Tipe-Tipe Display
Sehubungan dengan lingkungan, display  terbagi dalam dua macam yaitu: display statis dan display dinamis. Display dinamis adalah display yang menggambarkan perubahan menurut waktu, contohnya mikroskop dan speedometer. Display statis memberikan informasi yang tidak tergantung terhadap waktu, misalnya informasi yang menggambarkan suatu kota (Sutalaksana, 1979).
Menurut Galer (1989), display dan informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe. Berikut adalah tiga tipe dari display:
1.      Display kualitatif.
2.      Display kuantitatif.
3.      Display representatif.
Jenis display kualitatif merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik. Contoh display kualitatif misalnya informasi atau tanda ON, OFF pada generator, DINGIN, NORMAL, PANAS  pada pembacaan temperatur, BELL dan BUZZER untuk menunjukkan informasi kehadiran, lampu kelap-kelip dan sirine sebagai tanda peringatan (Warning devices). Jenis display kuantitatif memperlihatkan informasi numerik dan biasanya disajikan dalam bentuk Digital ataupun analog untuk suatu visual display. Untuk display Representatif, biasanya berupa sebuah “working model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin. Salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api (Galer, 1989).
Tipe display berdasarkan panca indera yang menerimanya yaitu visual display, auditory display, tactual display, taste display, dan olfactory display. Visual display (dilihat) adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan yaitu mata. Auditory display (didengar) adalah display yang dapat didengar dengan menggunakan indera pendengaran yaitu telinga. Tactual display (diraba) adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan indera peraba yaitu kulit. Taste display (dikecap) adalah display yang dapat dirasakan dengan menggunakan indera pengecap yaitu lidah. Olfactory display (dihidu) adalah display yang dapat dicium dengan menggunakan indera penciuman yaitu hidung (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
                              
2.3              Warna pada Visual Display
Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami  kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru (Galer, 1989). Sedangkan menurut Bridger,R.S (1995) terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display. Berikut merupakan tabel 2.1 kelebihan dan kekurangan warna pada visual display:
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Warna pada Visual Display
Kelebihan
Kekurangan
Tanda untuk data spesifik
Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah diterima
Menyebabkan fatigue
Mengurangi tingkat kesalahan
Membingungkan
Lebih natural
Menimbulkan reaksi
Member dimensi lain
Informal

2.4       Prinsip-Prinsip  Mendesain Visual Display
Menurut Bridger,R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain suatu visual display yaitu prinsip proximity, prinsip similarity, prinsip symmetry, dan prinsip continuity. Berikut ini merupakan penjelasan dari empat prinsip dalam mendesain suatu visual display :
1.      Prinsip PROXIMITY, jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat dimengerti tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti apa yang dimaksud, misalnya bunyi sirine ambulance, perlintasan kereta api, dan lain-lain.
2.      Prinsip SIMILARITY, menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh  menggunakan lebih dari 3 warna.
3.      Prinsip SYMMETRY, menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display, artinya elemen-elemen dalam perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4.      Prinsip CONTINUITY, menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh. Hubungan satu display dengan yang lain saling berkelanjutan membentuk satu kesatuan. Selain itu prinsip continuity (kesinambungan pola) juga mengekstrakan informasi yang bersifat kualitatif sehingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.

2.5       Kriteria dalam Pembuatan Display
            Kriteria dalam pembuatan display dibagi menjadi 3 yaitu, pendeteksian, pengenalan, dan pemahaman. Pendeteksian adalah kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya. Pada visual display harus dapat dibaca dan untuk auditory display harus bisa didengar. Pengenalan adalah setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar. Pemahaman adalah pembuatan display tidak cukup hanya memenuhi 2 kriteria diatas, display yang baik harus dapat dipahami dengan sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh display tersebut. Menurut Barrier pemahaman terhadap display dibagi menjadi 2 level yaitu (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
1.      Kata-kata atau simbol yang digunakan dalam display mungkin terlalu sulit untuk dipahami oleh pengguna atau pekerja, contohnya “VELOCITY” dan “COOLANT mungkin kurang bisa dipahami daripada “SPEED” dan “WATER”.
2.      Pemahaman mungkin menjadi lebih sulit apabila pengguna memiliki kesulitan dalam memahami kata-kata dasar.
Informasi-informasi yang dibutuhkan sebelum display dibuat adalah tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi. Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan. Ketetapan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi. Kecepatan yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display. Lingkungan dimana display tersebut diperlukan (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Indikator-indikator dari display dibagi menjadi dua. Pertama, digital display, memiliki tingkat pembacaan yang lebih presisi dan cara pembacaan yang lebih cepat dibandingkan dengan analog. Kedua, analog display memiliki cara pembacaan yang lebih sulit karena pembaca harus menduga posisi dari jarum skala/pointer, hasil pembacaan kurang akurat atau presisi (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display. Pertama, perancang harus memahami terlebih dahulu 3 kriteria dasar dalam pembuatan display. Kedua, harus memahami informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan display. Ketiga, mengklasifikasikan display berdasarkan tipe-tipe display yang ada. Keempat, mendesain sebuah display berdasarkan prinsip-prinsip pembuatan display yang ada. Kelima, memahami benar arti serta penggunaan warna pada sebuah display. Display yang dibuat harus informatif. Pesan pada display harus sampai pada pengguna denngan baik. Memperhatikan proporsi gambar dan huruf. Display harus singkat, padat, jelas dan tepat. Perhatikan penggunaan skala (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).
Ada juga yang membedakannya menjadi dua jenis, pertama pictoral display informasi berupa gambar, tulisan, peta, TV dan lain-lain. Kedua, symbolic display informasinya berupa simbol-simbol (ainul.staff.gunadarma.ac.id, 25 Mei 2014).

2.6       Perhitungan dalam Membuat Display
Rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran dalam membuat display antara lain tinggi, lebar, tebal, jarak antar huruf, dan beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut ini adalah rumus-rumus yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display (apk.lab.uii.ac.id, 25 Mei 2014):


Berger dalam Sutalaksana (1979) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf berdasarkan  perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda.  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam perbandingan 1:13,3 merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat yang paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter.  Sedangkan untuk huruf yang berwarna hitam dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter.

4 Responses so far.

  1. Unknown says:

    sayangnya ga ada dapusnya broo

  2. Unknown says:

    yang perhitungan dapusnya dari mana ya ?

  3. Kursus Jahit Bordir Jogja Kursus Jahit Bordir Yogya
    LPK NAVITA


    Tempat Pelatihan Orang Mandiri

    Pelatihan Jahit, Bordir, Kaos, Tas, Bordir, Jilbab, Sulam Pita, Payet, Selimut, Bantal, Aneka Kreasi Flanel, Aplikasi Kain Perca, Batik, Daster, Bed Cover, Kebaya, Korden, Rajut, Sablon, Jahit Kucing/Anjing, Desain Baju, Kamisol, Gamis, Jilbab lebar, Manik-Manik, Pakaian Dalam


    Mudah-Murah-Hemat-Terampil

    Kenapa memilih LPK Navita:

    Belajar dengan menyenangkan
    Minim ujian
    Guru dididik secara khusus dengan pengalaman
    Murid diberikan kebebasan
    Minim sistem rangking
    Menganut paham "less is more"
    Menetapkan standart sendiri
    Sesama LPK tidak bersaing, tidak memperebutkan murid untuk keuntungan
    Lebih Cepat Selesai
    Lebih Cepat Meningkatkan Penghasilan
    Lebih Banyak dicari di dunia kerja
    Berpengalaman sejak 2003
    Berpengalaman dalam Gugus Kendali Mutu Nasional 2009
    Mesin Jahit Bordir Lengkap Kecil-Besar
    Magang
    GRATIS lebih dari 70 Modul Jahit Terbaik EBOOK senilai 500.000
    Biaya Mulai 350rb/program
    Tempat terjangkau(200m ke selatan Jalan Kusumanegara)
    Disediakan asrama bagi yang berasal luar kota yogya
    Terima Order Jahitan Partai Besar/Kecil


    Jalan Veteran No. 11
    yogyakarta
    HP. 085740028487



    buka cabang di sleman :

    Perum Sidoarum Blok III Jl. Kepodang S-42
    Godean Sleman Yogyakarta
    HP. 085740028487


    Kursus Jahit Bordir

Leave a Reply

 
rian aditya putra © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings

You can add link or short description here