2.1 Definisi Fisiologi
Berdasarkan
objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan, dan fisiologi
hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada
jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang dipelajari pada
fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhnya pada sel
manusia (Wignjosoebroto, 1993).
Berdasarkan kedua definisi
tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa fisiologi adalah cabang dari ilmu
biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari suatu organisme mulai dari
tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga tingkat organisme itu
sendiri. Fungsi yang dipelajari adalah fungsi kerja yang meliputi fungsi
mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup (Wignjosoebroto, 1993).
2.2 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut
Nadi Kerja
Pengukuran denyut nadi selama
bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu
peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri
dengan menggunakan rangsangan Electro
Cardio Graph (ECG). Peralatan tersebut jika tidak tersedia, maka dapat dicatat
secara manual memakai stopwatch
dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut
nadi kerja sebagai berikut:
Kepekaan denyut nadi terhadapa
perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera
berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan
mekanik, fisik maupun kimiawi (Oemijati, 1995). Grandjean (2000) juga
menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup unutk mengestimasi beban
kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang
dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban
statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat
meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah
dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodahl (1997);
Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang
tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Salah satu cara yang sederhana
untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri
radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi
indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh
Grandjean (2000). Berikut merupakan denyut nadi untuk mengestimasi indek beban
kerja fisik :
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Peningkatan denyut nadi
mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Manuaba (1996)
menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja
yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL ) yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Denyut nadi maksimum = 220 –
umur (Astrand and Rodahl, 1977). Hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi seperti jika X ≤ 30 % maka tidak terjadi
kelelahan, jika 30 < X ≤ 60 % maka diperlukan perbaikan, jika 60 < X ≤ 80
% maka kerja dalam waktu singkat, jika 80 < X ≤ 100 % maka diperlukan
tindakan segera, jika X > 100 % maka tidak diperbolehkan beraktivitas.
2.3 Pengukuran
Konsumsi Energi dan Konsumsi Oksigen
Kerja fisik mengakibatkan
pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Konsumsi
energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah,
temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh
paru-paru. Penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan
bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara
kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung
pada saat istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan
kecepatan heart rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif
hubungan antara energy expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan
menggunakan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan
denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut (dian.staff.gunadarma.ac.id, 26 Mei 2014) :
Y = 1,80411 – 0,0229038X +
4,71733.10-4X2
|
Dimana:
Y
: Energi (kilokalori per menit)
X
: Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Besaran
kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi. Konsumsi energi untuk
kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut
:
KE = Et – Ei
|
Dimana :
KE
: Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et
: Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei
: Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)
Perhitungan
kosumsi oksigen dilakukan untuk mengetahui besaran konsumsi oksigen yang
dibutuhkan operator. Berikut merupakan rumus untuk mencari besaran konsumsi
oksigen yang dibutuhkan operator:
KO2 = KE : 4,8
|
1.
Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
Konsumsi energi dapat diukur secara tidak
langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi
oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi (dian.staff.gunadarma.ac.id,
26 Mei 2014).
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B :
Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S :
Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
2. Konsumsi
energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Denyut nadi dipantau selama
istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery (waktu pemulihan) untuk
beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Keadaan yang ekstrim, pekerja tidak
mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis.
Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari
pekerjaan fisik (dian.staff.gunadarma.ac.id, 26 Mei 2014):
Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W :
Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S :
Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
Nilai pengeluaran energi
rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit (S) dapat dicari dengan rumus interpolasi.
Berikut merupakan rumus interpolasi:
|
Perhitungan konsumsi energi dan konsumsi oksigen jika data denyut
jantung berkelompok, maka harus mencari nilai rata-rata denyut jantung ketika
kerja dan istirahat. Berikut merupakan rumus untuk mencari nilai rata-rata
denyut jantung ketika kerja dan istirahat:
2.4 Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi
Waktu standar ditentukan untuk
tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Pengukuran fisiologis
dapat digunakan untuk membandingkan cost
energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan serupa
yang tidak standar, tetapi perundingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Lucien
Broucha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi,
untuk menentukan berat ringannya pekerjaan (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja dalam Reaksi
Fisiologi
Work Load
|
Oxygen
Consumtion
(liter/min)
|
Energy
Expenditure
(cal/min)
|
Heart Rate
during Work
(Beats/min)
|
Light
|
0.5 –
1.0
|
2.5 –
5.0
|
60 – 100
|
Moderete
|
1.0 –
1.5
|
5.0 –
7.5
|
100 –
125
|
Heavy
|
1.5 –
2.0
|
7.5 –
10.0
|
125 –
150
|
Very Heavy
|
2.0 –
2.5
|
10.0 –
12.5
|
150 –
175
|
2.5 Tingkat Energi
Terdapat tiga tingkat kerja
fisiologis yang umum yaitu istirahat, limit kerja aerobik dan kerja anaerobik.
Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk mempertahankan kehidupan
tubuh yang disebut tingkat metabolisme basa. Hal tersebut mengukur perbandingan
oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat
tubuh dan luas permukaan merupakan faktor penentu yang dinyatakan dalam
kalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempunyai berat 65 kg dan mempunyai
luas permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1 kilokalori
permenit. Kerja disebut aerobik bila suplay oksigen pada otot sempurna,
sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi
oleh aktivitas fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan (apk.lab.uii.ac.id,
26 Mei 2014).
Tabel 2.2 Klasifikasi Beban Kerja
Tingkat
Pekerjaan
|
Energy Expenditur
|
Detak
Jantung
|
Konsumsi
Oksigen
|
|
KKal /
Menit
|
Kkal / 8
Jam
|
Detak /
Menit
|
Liter /
Menit
|
|
Unduly Heavy
|
>
12,5
|
>
6000
|
> 175
|
> 2,5
|
Very Heavy
|
10,0 –
12,5
|
4800 -
6000
|
150 –
175
|
2,0 –
2,5
|
Heavy
|
7,5 –
10,0
|
3600 -
4800
|
125 –
150
|
1,5 –
2,0
|
Moderete
|
5,0 –
7,5
|
2400 -
3600
|
100 –
125
|
1,0 –
1,5
|
Light
|
2,5 –
5,0
|
1200 -
2400
|
60 – 100
|
0,5 –
1,0
|
Very Light
|
< 2,5
|
<
1200
|
< 60
|
< 0,5
|
2.6 Fatigue
atau Kelelahan
Fatigue adalah kelelahan yang terjadi
pada syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana
mestinya. Semakin berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan,
maka timbulnya fatigue akan semakin
cepat. Seseorang yang bekerja pada tingkat energi diatas 5,2 kkal per menit,
maka pada saat itu timbul rasa lelah. Menurut Murrel (1965) manusia masih mempunyai
cadangan sebesar 25 kkal sebelum munculnya asam laktat sebagai tanda saat
dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika manusia bekerja
lebih dari 5,0 kkal per menit. Selama periode istirahat, cadangan energi
tersebut dibentuk kembali. Timbulnya fatigue
ini perlu dipelajari untuk menentukan kekuatan otot manusia, sehingga kerja
yang akan dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemempuan otot tersebut.
Ralph M Barnes (1980)
menggolongkan kelelahan ke dalam 3 golongan tergantung dari mana hal ini
dilihat yaitu: pertama merasa lelah, kedua kelelahan karena perubahan fisiologi
dalam tubuh, dan ketiga menurunkan kemampuan kerja. Ketiga tersebut pada
dasarnya berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika kemampuan otot
telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot tersebut
sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue
Pada hakekatnya kekuatan dan daya tahan tubuh ini
tidak hanya dipengaruhi oleh otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor subyektif. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014):
a. Besarnya tenaga yang diperlukan
b. Kecepatan
c. Cara dan sikap melakukan aktivitas
d. Jenis olah raga
e. Jenis kelamin
f. Umur
2. Cara mengukur fatigue
Ada beberapa cara untuk mengukur fatigue. Berikut merupakan beberapa cara untuk mengukur fatigue (apk.lab.uii.ac.id,
26 Mei 2014):
a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan.
b. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen
yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisi kimia
dalam urine dan darah.
c. Menggunakan alat penguji kelelahan Riken Fatigue Indikator dengan
ketentuan pengukuran elektroda
logam melalui tes variasi perubahan air
liur (saliva) karena lelah.
Malam..
Min Saya Boleh Nanya Contoh Penyelesaian Menggunakan Rumus Diatas Ini Gimana?
adakah contoh angka dalam penyelesaian menggunakan rumus ini... ?
sumbernya darimana ya yg apk itu gabisa di cari ya